Menolak untuk mati, kata yang satu ini memang menjelaskan posisi Tomb Raider dengan begitu tepat di industri game. Setelah beberapa seri yang berakhir tak terlalu sukses, Lara Croft akhirnya tiba di tangan dingin Crystal Dynamics dan Square Enix yang kemudian memutuskan untuk menghadirkan sebuah seri reboot dengan cita rasa yang lebih modern. Mengulang cerita dari petualangan pertamanya, ia kembali dengan pendekatan mekanik game third person shooter yang seringkali disebut mirip dengan game eksklusif Sony yang dikembangkan oleh Naughty Dog – Uncharted. Sosok Lara yang di kala itu masih belum familiar dengan aksi petualangan yang selama ini melekat pada sosok seri lawasnya harus berjuang bertahan hidup. Bahkan untuk pertama kalinya, ia harus mencabut nyawa orang lain.
Di seri sekuelnya, segala sesuatu yang ditawarkan Crystal Dynamics di seri Tomb Raider reboot ini berakhir lebih matang. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu sudah punya sedikit gambaran apa yang tengah kami bicarakan. Ia hadir dengan peningkatan kualitas visualisasi yang cukup signifikan, perbaikan di beragam lini gameplay, penambahan fitur yang membuatnya tampil lebih kompleks, lebih banyak tantangan untuk diselesaikan, dengan gerak cerita yang memang pantas untuk diacungi jempol. Impresi pertama yang ia tawarkan memang harus diakui, cukup positif. Rise of the Tomb Raider cukup menawarkan banyak hal baru yang membuatnya menawarkan nilai jual yang lebih kuat.
Lantas, apa yang ditawarkan oleh Rise of the Tomb Raider ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai penyempurnaan di beragam sisi? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Berbeda dengan seri pertama Tomb Raider reboot yang memosisikan diri sebagai sebuah kisah awal petualangan Lara Croft, dimana karakter wanita ikonik yang satu ini terlihat begitu penakut dan peragu, Rise of the Tomb Raider membawa sosok Lara Croft yang lebih kita kenal. Mengambil satu tahun setelah event yang terjadi di Yamatai, Lara kini terlihat lebih matang dan mulai bertindak seperti seorang Croft yang sesungguhnya. Ia mulai berusaha mencari lebih banyak jawaban terkait peradaban kuno di masa lalu dan menemukan sebuah misteri yang sudah lama menghantui hidupnya. Sebuah misteri yang telah merenggut nyawa sang ayah – Richard Croft.Di semasa hidupnya, Richard Croft selalu terobsesi dengan sebuah artifak yang ia percaya bisa membawa manusia pada sumber kekuatan untuk mencapai hidup yang abadi. Masih belum pulih dari pengalaman traumatis yang sempat ia lalui di Yamatai, Lara memutuskan untuk mengejar misteri yang berhubungan dengan sosok seorang nabi dari Konstantinopel yang satu ini. Ia mengejar artifak ini untuk dua tujuan utama: melihatnya sebagai solusi terbaik untuk masalah klasik manusia yang masih terus terjadi di seluruh belahan dunia – sakit dan kematian, sekaligus berusaha membersihkan nama sang ayah yang sempat dicibir karena obsesinya mengejar misteri yang diketahui mengakar sesuatu yang disebut “Divine Source” ini.
Maka perjalanan ini pun membawa Lara ke beragam belahan dunia, dari tanah kering Syria hingga tempat bersalju Siberia. Namun seperti yang bisa diprediksi, perjalanan ini sendiri tak mudah. Sebuah organisasi misterius dengan kemampuan militer yang tangguh bernama Trinity berusaha mengejar artifak yang sama, yang sekaligus berusaha menghalangi progress yang tengah dicapai oleh Lara saat ini. Tak ada yang bisa digali dari Trinity selain fakta bahwa ia sudah eksis sejak peradaban masa lampau dan kini dipimpin oleh seorang yang bengis bernama Konstantin. Trinity tampaknya hendak menggunakan kesempatan untuk hidup abadi tersebut untuk menggalang kekuatan militer yang tak terkalahkan dan menguasai dunia. Di tengah persaingan sengit ini hadir sebuah faksi berbeda yang berusaha melindungi Divine Source dari tangan jahil, baik Trinity maupun sosok Lara itu sendiri.
Mampukah Lara menemukan si Divine Source ini? Tantangan seperti apa yang harus ia hadapi? Siapa pula Trinity? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda temukan dengan memainkan Rise of the Tomb Raider yang satu ini.
Review ini menggunakan testbed dari Roccat
Dikerjakan dan Dimainkan dengan Kave XTD, Roccat Kone XTD, Roccat Raivo, dan Roccat Ryos MK Pro
Lompatan Visual!
Tomb Raider Reboot yang dirilis di tahun 2013 yang lalu memang memperkenalkan kepada kita sosok Lara Croft yang berbeda. Crystal Dynamics mempresentasikan kepada kita sosok Lara yang lebih “manusiawi” baik dari segi karakter ataupun visual dengan ekstra kemampuan untuk memproyeksikan emosi jauh lebih baik. Kemampuanya untuk menawarkan atmosfer yang lebih kuat dari sisi lingkungan dengan ragam efek visual dari cuaca hingga cahaya juga pantas untuk diacungi jempol. Secara garis besar, Anda akan menemukan pendekatan yang hampir serupa di Rise of the Tomb Raider ini. Bahwa Anda masih akan berpetualang di ragam arsitektur kuno dengan ekstra dramatisasi di sana ini. Bedanya? Mewakili statusnya sebagai sebuah game yang dirilis di platform generasi ini, ia tampil dengan lompatan visual yang menakjubkan!Sebuah game generasi baru yang memanjakan mata, detail yang ditawarkan Rise of the Tomb Raider, setidaknya dari versi PC dengan setting grafis mentok kanan seperti yang kami cicipi, memang mengagumkan. Tekstur yang ditawarkan di setiap sudut terlihat begitu tajam, dengan efek tata cahaya yang juga pantas untuk diacungi jempol. Salah satu yang mengalami peningkatan cukup drastis adalah perubahan efek cuaca yang kini juga mempengaruhi diri Lara itu sendiri. Anda bisa melihat bagaimana pakaiannya yang di awal terlihat begitu bersih, tiba-tiba memutih seiring dengan lebih banyak salju yang turun mengenai dirinya. Begitu juga dengan efek visual rambut yang diusung. Dengan teknologi bernama “Pure Hair”, efek yang sempat ditawarkan oleh teknologi Tress FX di masa lalu kini terlihat lebih luar biasa dan sempurna.
Efek visual yang lebih baik ini tentu saja membuat pengalaman gaming terasa lebih memesona. Namun tak hanya soal visualisasi di sisi teknis saja, kita juga kemampuan Crystal Dynamics untuk meracik sebuah dunia arsitektur kuno yang juga tak kalah menawan. Beberapa menuntut Anda meyelami sebuah gua dalam penuh air untuk mencapainya, salah satu berbentuk kapal karam yang terdampar di tengah reruntuhan es, sementara ada sebuah kota kuno lainnya yang terlihat seperti muncul dari dunia yang diracik Tolkien di Lord of the Rings. Beberapa dipenuhi dengan serigala bengis, lainnya berada di balik air terjun yang menyatu dengan hujan lebat yang terus terjadi. Untuk urusan visual, Rise of the Tomb Raider hadir lebih baik.
Sensasi Action yang Serupa
Secara garis besar, Rise of the Tomb Raider sebenarnya tak banyak berbeda dengan serI Tomb Raider reboot sebelumnya. Secara mendasar, sensasi action yang ia tawarkan masih serupa. Anda masih akan berpetualang dari satu titik ke titik lainnya, melewati serangkain tantangan platform yang memuat efek dramatisasi di dalamnya. Lara kembali hadir sebagai seoarang karakter wanita protagonis dengan nasib tersial yang pernah ada di industri game. Ia seolah tak pernah berkesempatan untuk menjalani petualangannya dengan lebih “damai” dan harus berhadapan dengan fakta bahwa semesta seolah berkonspirasi untuk membunuhnya secepat mungkin. Bergelantungan di atas lapisan es yang hampir runtuh, hampir terseret arus sungai dan tenggelam, atau hampir dihabisi karena kelengahan, Anda tampaknya sudah mengerti formula seperti apa yang ia tawarkan di sini.Hanya saja Lara kini diperkuat dengan lebih banyak perlengkapan untuk mendukung petualangannya yang kini lebih berbahaya. Ia memang masih hadir dengan perlengkapan memanjat yang serupa, namun di pertengahan permainan, Anda akan diperkuat dengan ekstra Wire Pool yang memungkinkan alat memanjat ini berfungsi layaknya sebuah grappling hook. Sebuah equipment baru juga disuntikkan untuk memfasilitasi aksi Lara yang kini jauh lebih sering berada di bawah air, termasuk kesempatan untuk “membangun” jalan Anda sendiri dengan alternatif panah yang lebih kokoh sebagai pijakan. Anda akan dituntut untuk memahami kapan saat yang tepat untuk menggunakan alat-alat ini.
Dari sisi action juga demikian. Lara tetap akan didukung dengan beberapa varian senjata, dengan empat diantaranya bisa digunakan dan digonta-ganti sesuai kebutuhan. Panah tentu saja masih jadi andalan menyelesaikan tantangan secara stealth dengan lebih efektif selain tentu saja, mengendap dan menghabisi setiap musuh yang ada dari belakang. Kebebasan untuk memilih metode seperti ini masih terbuka lebar, dimana stealth akan menawarkan varian resiko yang tentu saja, lebih minim. Musuh yang Anda hadapi juga beragam dengan beberapa di antaranya menuntut implementasi strategi tertentu, seperti mereka yang hadir dengan membawa tameng, misalnya. Sisanya? Selayaknya sebuah game third person shooter, Anda akan menembak, berlindung, dan memastikan bertahan hidup sebelum beraksi ke area selanjutnya.
Sistem skill dan modifkasi equipment dari seri sebelumnya juga kembali. Dengan menggunakan api unggun yang tersebar di sepanjang perjalanan sebagai checkpoint, Anda bisa menggunakannya untuk memperkuat Lara dari segi skill dan senjata yang ia gunakan. Dengan menyelesaikan serangkaian side-quest yang ada dan mengumpulkan beragam resource yang tersebar, Anda bisa membuat Lara jauh lebih efektif untuk menghabisi setiap musuh yang ada. Bagian skill sendiri terbagi menjadi tiga kategori besar – Brawler, Hunter, dan Survivor yang masing-masing merepresentasikan fokus kemampuan yang berbeda. Brawler, misalnya, menawarkan kesempatan untuk membuat Lara lebih tangguh saat menerima damage, sementara Hunter, membuatnya lebih efektif sebagai seorang pembunuh. Sementara dari kategori senjata, modifikasi yang bisa Anda terapkan juga akan membuatnya bisa lebih diandalkan di setiap situasi yang ada.
Dengan bertambah matangnya karakter Lara, maka menjadi sesuatu yang sangat rasional untuk melihat dirinya kini diperkuat dengan kemampuan berbeda yang jauh lebih keren dan serius. Namun sayangnya, hal ini menjadi bumerang tersendiri. Beberapa skill yang bisa diambil benar-benar membuat sosok Lara terlihat terlalu overpowered sebagai karakter protagonis, yang tentu saja berlawanan dengan usaha untuk membuatnya lebih “manusiawi” seperti seri pertamanya. Efeknya juga membuat tingkat kesulitan game ini di tingkat normal berakhir memble di akhir-akhir permainan. Salah satu skill tersebut adalah kemampuan Lara untuk melakuan Double-Shot / Triple-Shot yang memungkinkannya untuk menembak dua / tiga panah sekaligus, secara otomatis ke titik fatal musuh dari kejauhan. Begitu skill ini Anda dapatkan, segala sesuatunya menjadi terlalu mudah. Satu-satunya tantangan yang mengkhawtirkan hanyalah mereka yang berlari cepat ke arah Anda. Hadirnya skill ini memang membuat game in terasa kurang menantang.
Secara garis besar, apa yang Anda dapatkan dari Rise of the Tomb Raider secara fondasi tak berbeda dengan apa yang sempat Anda nikmati di Tomb Raider reboot yang dirilis di tahun 2013 silam. Action third person shooter yang solid, ekstra platformer dengan dramatisasi yang mudah diprediksi, kualitas visualisasi yang memanjakan mata, dan tentu saja ragam modifikasi skill dan senjata yang bisa dioptimalkan untuk mendukung petualangan Anda. Satu hal yang juga jadi sumber keluhan kami adalah minimnya animasi kematian Lara yang brutal seperti di seri pertama. Anda setidaknya, tak akan lagi bertemu dengan sosok Lara yang berteriak kesakitan ketika cabang pohon tajam menghujam lehernya.
Uncharted? Lebih Seperti ke Perkawinan dengan Far Cry!
Jika melihat apa yang dilakukan Crystal Dynamics di seri sebelumnya dan fakta bahwa Microsoft secara terbuka menjadikan Rise of the Tomb Raider sebagai senjata utama untuk bersaing dengan Uncharted dari Sony dan Naughty, tidak mengherankan jika kita mulai mengira bahwa inspirasi Uncharted ini akan terus menguat dengan lebih banyak seri meluncur ke permukaan. Namun mencicipi Rise of the Tomb Raider hingga selesai, yang memakan waktu sekitar 12 jam permainan, membuat kami menyimpulkan satu hal yang tampaknya terlihat jauh lebih jelas. Bahwa alih-alih mengambil dan menguatkan citra “Uncharted” di dalam dirinya, Rise of the Tomb Raider justru menarik inspirasi gameplay dari franchise yang tak pernah Anda perkirakan sebelumnya – Far Cry.Apa yang membuat kami mengambil kesimpulan demikian? Karena sejak awal permainan Anda bisa melhat lebih jelas mekanisme gameplay baru Rise of the Tomb Raider yang terasa familiar. Ia kini hadir dengan konsep open-world yang lebih kaya dibandingkan seri sebelumnya. Tak hanya sekedar menjadi “tempat bermain” untuk bergerak dari satu titik ke titik lainnya, Crystal Dynamics memastikan bahwa Lara akan bisa melakukan banyak hal untuk dunia yang juga bisa ia jelajahi ulang dengan menggunakan api unggun sebagai titik fast travel yang satu ini. Semua kesibukan yang akan membuat Lara tak sekedar bergerak untuk mencari dan menyelesaikan misi utamanya.
Sebagai contoh, ambil sistem crafting yang ia usung, misalnya. Tak lagi sekedar menjadikan satu mata uang untuk membuka beragam jenis upgrade senjata dan variasi peluru yang bisa digunakan, Anda kini didorong untuk mengumpulkan resource yang lebih beragam. Untuk membuat panah, Anda kini harus mengumpulkan kayu dan bulu, yang bisa didapatkan dengan berburu burung liar dan mematahkan ranting pohon kecil di sepanjang permainan, misalnya. Beberapa upgrade inventory untuk membuat Anda bisa membawa lebih banyak anak panah, misalnya, ternyata membutuhkan kulit beruang yang mau tidak mau, hanya bisa Anda dapatkan dengan berburu mereka di lokasi yang spesifik, yang untungnya juga terlihat jelas di peta. Dengan variasi peluru lebih banyak untuk satu senjata yang sama, aksi mengumpulkan resource ini menjadi sesuatu yang lebih esensial. Jangan sampai usaha Anda untuk membunuh binatang buas seperti macan tutul yang bisa dilumpuhkan dengan panah racun misalnya, jadi tak terjadi hanya karena Anda melewatkan ragam jamur sebagai resource untuk meraciknya. Kerennya lagi? Lara bisa melakukan crafting, terutama panah dan alat penyembuh, secara instan.
Crafting juga tak hanya berkisar soal persiapan sebelum pertarungan seperti ini saja. Lara juga punya kemampuan untuk meracik senjata secara instan di tengah situasi pertarungan yang panas jika ia menemukan satu objek terpenting darinya. Sebagai contoh? Ketika Anda berada dalam kondisi terdesak dan harus berlindung di balik dinding yang tipis. Tak lagi punya granat, Anda bisa mencari sebuah kaleng kecil di sekitar area yang biasanya digunakan untuk mengalihkan perhatian musuh saat bermain stealth untuk meracik sebuah peledak instan selama resource lain dipenuhi. Atau Anda bisa mengambil botol dan meracik molotov jika dibutuhkan, seperti halnya The Last of Us.
Dari deksripsi di atas saja, kami yakin Anda sudah sedikit mengerti mengapa kami menyebut bahwa Rise of the Tomb Raider memang terlihat menjadikan Far Cry (dan sedikit The Last of Us) sebagai salah satu sumber inspirasi untuk mekaniknya yang baru. Satu yang pasti, ia kini memang mengusung citra open-world yang lebih kentara. Hingga pada batas bahwa beberapa lokasi bahkan akan memuat misi sampingan dengan reward menggiurkan yang tak bisa Anda tolak begitu saja. Misi sampingan ini bisa meminta Anda membersihkan area tertentu, menghancurkan objek dalam jumlah spesifik, atau bahkan menyelamatkan sandera yang dikurung oleh Trinity. Kerennya lagi? Reward-nya bukanlah sekedar mata uang atau peluru saja, tetapi juga item kunci sepenting Lockpick, misalnya, yang bisa saja Anda “lewatkan” jika malas. Akan jadi mimpi buruk karena banyak peti dan lemari berisikan resource di sepanjang perjalanan yang hanya bisa diakses dengan kunci kecil ini.
Citra Anda sebagai seorang penjarah makam juga diperkuat dengan rangkaian makam kuno yang menunggu untuk Anda selesaikan dengan reward menggoda di akhir perjalanannya. Setiap makam kuno ini tentu akan diperkuat dengan puzzle sederhana yang hanya butuh logika sederhana untuk diselesaikan.
Seolah sudah belajar dari kesalahan Tomb Raider reboot yang memuat “hadiah” akhir makam kuno seperti dengan part senjata modern yang seharusnya tidak masuk akal untuk terjadi, mereka kini menggantinya dengan rangkaian skill yang akan membantu petualangan Lara lebih jauh. Salah satunya, misalnya, memungkinkan Anda untuk bermanuver lebih cepat ketika memanjat atau mampu menembak panah kedua secara instan setelah panah pertama mendarat. Kerennya lagi? Seperti yang kami sebut di awal, kemampuan Crystal Dynamics untuk meracik semua puzzle dan arstitektur kuno setiap makam ini memang pantas diacungi jempol. Semuanya hadir dengan atmosfer unik dan berbeda, lengkap dengan tuntutan penyelesaian yang juga tak pernah sama. Beberapa menuntut Anda untuk mengendalikan ketinggian air, yang lain meminta Anda memikirkan mekanisme rel, sementara lainnya menuntut Anda untuk beraksi di timing yang tepat. Luar biasa, tentu saja.
Maka di tengah kesibukan konsep open-world yang lebih kentara ini, Anda juga akan disibukkan dengan lebih banyak misi-misi kecil sampingan yang tak terlalu signifikan untuk diperhatikan, tetapi menawarkan reward yang cukup menggoda untuk diselesaikan. Salah satu komponen teranyar yang cukup mengejutkan kami adalah hadirnya sistem toko di sini. Jadi tak lagi sekedar hanya mengandalkan aksinya, ada salah satu pihak yang secara terbuka membuka toko dengan ragam equipment dan elemen modifikasi untuk Anda lirik dan beli, termasuk varian pakaian di dalamnya. Tak bisa dibeli dengan sekedar uang biasa, Anda harus mengumpulkan uang kuno dalam jumlah terbatas di sepanjang perjalanan untuk membelinya di tingkat harga yang tak murah ini.
Belum Selesai
Ketika Tomb Raider reboot di seri pertama membuka sebuah kisah awal untuk lahirnya Lara Croft sebagai seorang legenda di industri game, Rise of the Tomb Raider menjadi sebuah konfirmasi pasti bahwa Lara Croft dan franchise andalannya ini tak akan ditinggalkan Crystal Dynamics dan Square Enix dalam waktu dekat ini. Ia membuka peluang cerita yang lebih kuat dengan benang merah yang jelas, bahwa Lara kini bukan lagi sekedar akan terlibat dalam petualangan untuk menjawab beragam misteri-misteri kuno nan misterius di seluruh dunia. Bahwa semua konflik yang ia hadapi saat ini dan di masa depan, punya kemungkinan bertumbuh menjadi sesuatu yang lebih personal.Dengan fondasi yang dibangun Square Enix dan Crystal Dynamics di akhir cerita Rise of the Tomb Raider, maka menjadi sangat jelas bahwa ia akan terus jadi franchise yang dieksploitasi hingga mungkin beberapa seri ke depan. Lara dengan jelas memperkenalkan kemungkinan pihak yang akan berperan sebagai “Big Bad Wolf”, sekaligus sebuah simpul pengikat yang akan menjadi motivasinya untuk terus mengeksplorasi beragam arsitektur kuno sebagai seorang penjarah makam. Rise of the Tomb Raider adalah sebuah awal untuk jamainan akan seri sekuel lagi di masa depan.
Pertanyaannya kini, apakah kami akan cukup mengantisipasi seri terbaru ini di masa depan setelah memainkan Rise of the Tomb Raider? Jawabannya, iya. Crystal Dynamics setidaknya berhasil membangun sebuah benang merah baru yang tetap misterius dan mengundang lebih banyak pertanyaan. Gelombang antisipasi ini juga menguat jika melihat seberapa signifikan peningkatan yang mereka tawarkan dari seri pertama ke seri sekuel ini. Jika Crystal Dynamics tidak takut untuk menyuntikkan lebih banyak pendekatan mekanik baru sekaligus mempertahankan sesuatu yang memang berfungsi dengan baik, maka lebih banyak seri Tomb Raider adalah sesuatu yang kami sambut dengan terbuka. Setidaknya untuk saat ini.
Kesimpulan
Rise of the Tomb Raider adalah sebuah seri game action yang mengagumkan. Ia mengusung hampir semua hal yang Anda sukai dari sebuah game third person shooter: kualitas visualisasi memesona, mekanik gameplay yang keren, ekstra dramatisasi di sana-sini, jalinan cerita yang solid, konsep open-world yang lebih kentara, dan tentu saja penyempurnaan yang membuatnya lebih sempurna dibandingkan dengan seri pertamanya. Dengan semua kombinasi yang luar biasa ini, ia menghasilkan sebuah sensasi gameplay yang seru, menegangkan, terasa baru, tetapi juga familiar di saat yang sama. Kombinasi yang akan membuat Anda yang mencintai seri Tomb Raider reboot khususnya, atau game third person shooter pada umumnya, jatuh hati dengan mudah.Walaupun demikian, bukan berarti game ini tidak hadir dengan kekurangan. Seperti yang kami bicarakan sebelumnya, ada dua point yang menjadi sumber keluhan: tingkat kesulitan dan keengganan untuk menghadirkan kembali scene super gore seperti seri sebelumnya. Seiring dengan progress permainan, skill yang bisa diambil dari Lara terasa sangat imbalance dan membuat musuh biasa terasa tak lebih dari sebuah sasaran tembak panah yang hanya menunggu nyawanya untuk dicabut. Satu-satunya ancaman yang relevan hanyalah datang dari mereka yang hadir dengan ekstra pertahanan atau sifat yang lebih agresif. Minimnya animasi kematian yang menyayat hati seperti seri pertama juga terasa seperti sebuah “daya tarik”yang hilang dari seri yang satu ini.
Namun terlepas dari kekurangan yang ada, Rise of the Tomb Raider tetaplah sebuah game action yang memesona. Hampir semua elemen yang ia tawarkan dieksekusi dengan luar biasa, dengan penyempurnaan di beragam sisi jika dibandingkan dengan seri pertamanya. Sebuah pengalaman game action yang pantas untuk Anda lirik!
Kelebihan
- Kualitas visual mengagumkan
- Tata cahaya yang keren
- Atmosfer dunia yang luar biasa
- Kesan open-world yang lebih kentara
- Cerita yang solid
- Puzzle yang menantang, tapi tidak mustahil
- Lara Croft yang terlihat lebih matang
Kekurangan
- Tingkat kesulitan rendah di level normal
- Minimnya animasi gore dari seri pertama
Tidak cocok untuk gamer: yang tak terlalu suka dengan sosok Lara yang baru, butuh tantangan
0 comments