Ada dua pendekatan yang bisa ditempuh untuk menangani sebuah franchise super populer dengan basis fans yang sudah begitu masif. Pertama, tentu saja bermain dengan sangat aman. Seperti yang ditempuh oleh Ubisoft dengan Assassin’s Creed dan Activision dengan Call of Duty, rasa baru yang diperkenalkan di setiap seri yang dirilis lebih berfokus pada tema atau cerita yang ada. Sementara dari sisi gameplay, tidak banyak berubah dengan sedikit inovasi. Namun tidak sedikit pula developer yang tidak ragu keluar dari pakem kenyamanan tersebut dan menjajal sesuatu yang baru. Hal ini lah yang diperlihatkan Hideo Kojima dengan proyek terbarunya – Metal Gear Solid V: The Phantom Pain yang setelah digoda cukup lama, akhirnya tiba dengan “selamat” di tangan para gamer tanggal 1 September 2015 kemarin.
Sebagian besar dari Anda mungkin sudah membaca preview kami sebelumnya yang memuji tinggi game ini. Impresi pertama yang ia tawarkan memang luar biasa. Menawarkan aksi si Snake dalam dunia open world dengan objektif yang bisa dicapai dengan beragam cara terbukti berakhir manis, apalagi dengan konten hingga ratusan jam yang bisa dinikmati jika Anda termasuk gamer yang cukup ambisius untuk memainkannya secara sempurna. MGS V: The Phantom Pain menawarkan cita rasa berbeda dibandingkan dengan seri-seri Metal Gear sebelumnya dan sejauh preview kemarin, semua elemen tersebut melebur ke dalam satu pengalaman bermain yang fantastis. Namun, memainkannya lebih jauh membuka mata kami akan satu hal – bahwa ia mungkin tidak sesempurna yang dibayangkan.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Metal Gear Solid V: The Phantom Pain? Ini mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan rasa puas dan kecewa di saat yang sama? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
MGS V: The Phantom Pain sendiri berperan sebagai seri sekuel langsung dari MGS V: Ground Zeroes yang dirilis tahun lalu. Prolog pendek yang didesain untuk memperkenalkan cita rasa baru Metal Gear tersebut berperan sebagai pondasi untuk perjalanan Big Boss di seri kali ini. Apakah ini berarti Ground Zeroes menjadi sebuah seri yang wajib untuk dinikmati? Tenang saja, ia tidak terlalu esensial. The Phantom Pain langsung memberikan recap singkat, padat, dan jelas untuk memberikan gambaran lebih jelas apa yang terjadi dengan Big Boss di Ground Zeroes dan efeknya untuk seri Phantom Pain kali ini.Di akhir Ground Zeroes, usaha Big Boss untuk menyelamatkan Paz dari Camp Omega ternyata berakhir bencana. Setelah berhasil mengeluarkan salah satu bomb dari tubuh Paz, Big Boss gagal memprediksi bahwa ada satu ekstra bomb lain yang terlewatkan oleh mereka. Paz yang dikala itu sadar, akhirnya memutuskan untuk loncat dari helikopter dan mengorbankan dirinya sendiri. Big Boss memang selamat, namun efek ledakan tersebut begitu destruktif hingga mencederainya. Seberapa parah? Cukup untuk membuat pasukan terbaik di dunia tersebut koma selama sembilan tahun.
Sembilan tahun adalah waktu yang dibutuhkan Big Boss untuk sadar kembali. Namun bukan sambutan hangat penuh cinta yang ia terima, mata yang baru melihat cahaya untuk waktu lama tersebut harus berakhir dengan kejutan penuh kejutan yang lain. Ledakan yang begitu dekat membuat Big Boss harus menerima konsekuensi cacat fisik yang tidak bisa dihindari. Ratusan pecahan tulang dari begitu banyak orang bersarang di tubuhnya dari hasil efek ledakan, termasuk kepingan besar di kepala yang memang diputuskan untuk tidak dicabut demi fungsi otak yang berjalan sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu saja, ia juga kehilangan tangan kirinya dalam peristiwa tersebut. Bahkan belum sempat untuk berduka untuk kondisinya sendir, Big Boss sudah harus berhadapan dengan ancaman lain. Cipher dikabarkan sudah mengetahui sadarnya Big Boss dan siap untuk membinasakannya untuk selama-lamanya. Sebuah rencana alternatif nan gila pun dilakukan.
Berada di rumah sakit yang sama, sang dokter memutuskan untuk melakukan operasi plastik besar-besaran untuk mengubah wajah Big Boss untuk memperbesar kesempatannya selamat. Ia kini menyandang wajah dan identitas baru sebagai “Ahab”. Dan seperti yang bisa diprediksi, Cipher pun melancarkan serangan besar-besaran tanpa ampun untuk tidak hanya membunuh Big Boss, tapi melenyapkan seisi rumah sakit. Big Boss yang tak punya kemampuan fisik ini untungnya dibantu oleh sang rekan satu kamar – Ishmael yang wajahnya ditutup perban. Selamat dari satu ancaman ke ancaman lain, Cipher ternyata bukan satu-satunya pihak yang mengincar mereka. Seorang manusia yang tidak mempan ditembak peluru dan sebuah anak yang melayang dengan kekuatan telekinesis juga terlihat di sana, dan berusaha membinasakan semuanya, Big Boss maupun Cipher.
Akhir cerita, Big Boss berhasil selamat. Tapi perang dan tragedi seolah tidak bisa lepas darinya. Dengan dendam Miller yang masih membara, mereka berusaha mencari keadilan melawan XOF yang dipimpin oleh sosok misterius bernama Skull Face, yang juga sempat muncul di Ground Zeroes. XOF disebut-sebut bertanggung jawab atas hancurnya Mother Base sebelumnya sekaligus membuat Big Boss kehilangan begitu banyak hal. Parahnya lagi? Skull Face tampaknya punya rencana yang lebih buruk. Proses investigasi yang dilakukan Big Boss menemukan satu hal – bahwa Skull Face dan XOF bukanlah lagi sel organisasi yang berdiri di bawah bendera Cipher dan bisa mereka kendalikan. Sang “monster” dengan wajah rusak dan topi khasnya ini, punya agenda tersendiri.
Lantas, apa yang sebenarnya direncanakan oleh Skull Face? Siapakah anak kecil yang melayang dan manusia dengan api yang kita temukan di awal? Karakter siapa saja yang akan kita temui di seri ini? Bagiamana kisah Big Boss akan menjadi penghubung kekosongan plot yang selama ini diklaim oleh Kojima? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda dapatkan dengan memainkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain ini.
Bukan Metal Gear yang Anda Kenal!
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama Metal Gear Solid sebagai sebuah franchise? Maka sebagian besar dari kita yang sempat jatuh hati dengan pesona seri-seri sebelumnya akan langsung mengarah pada dua hal utama: jalan cerita yang linear dan tentu saja, potongan adegan sinematik yang bahkan bisa disejajarkan dengan film Hollywood sekalipun. Untuk yang terakhir ini, terlepas dari lelucon yang muncul, selalu menjadi esensi dari Metal Gear Solid itu sendiri. Scene yang disampaikan panjang, berbelit, dan penuh istilah kompleks yang didesain untuk menjelaskan timeline dan latar belakang sebuah timeline cerita yang butuh waktu lama untuk dimengerti. Namun Kojima memutuskan untuk membuang semua nilai jual tersebut dan menawarkan sesuatu yang berbeda di MGS V: The Phantom Pain.Snake kini terlempar di sebuah game yang lebih menonjolkan aspek open-world dari sisinya sebagai game action. Bertempat di Afghanistan dan Afrika, Snake diberikan keleluasaan untuk bergerak di setting yang dibangun dengan atmosfer yang luar biasa tersebut. Maka seperti konsep utama yang mereka perkenalkan via Ground Zeroes, cerita tidak lagi dibangun dalam sekuens yang disodorkan kepada gamer begitu saja. Progress cerita meluncur dari pilihan misi yang begitu banyak. Ada dua jenis misi – Main Mission untuk mendapatkan progress cerita dan Side Mission yang bersifat sekedar sebagai misi sampingan. Keduanya terkadang saling berhubungan satu sama lain di beberapa titik untuk menjalin satu garis cerita yang lebih erat.
Maka sistemnya menyederhana di sini. Yang perlu Anda lakukan hanyalah memilih satu dari misi yang ada, Main ataupun Side Mission, dan Snake akan langsung diterjunkan di sana. Di sinilah, MGS V: The Phantom Pain memperlihatkan tajinya sebagai salah satu game action stealth terbaik yang pernah ada. Anda punya kebebasan yang hampir mutlak untuk menyelesaikan setiap misi yang ada, menggunakan cara apapun yang bisa Anda pikirkan. Apakah Anda lebih tertarik untuk maju secara terbuka, menggunakan machine gun dan armor yang lebih kuat? Atau Anda lebih senang dengan gaya stealth yang minim resiko, namun butuh perencanaan lebih matang untuk dieksekusi? MGS V: TPP membuka pintunya lebar-lebar, bagi kita – gamer, untuk menentukan metode seperti apa yang kita butuhkan. Metode yang bisa berakhir dengan mayat bergelimpangan dimana-mana dan tubuh Snake Anda penuh darah, atau justru begitu tenang tanpa harus berhadapan dengan kematian sama sekali. Anda juga bisa menggunakan senjata atau bahkan tangan kosong belaka untuk “membersihkan” sebuah area. Snake juga akan kembali diperkuat Reflex Mode – mode yang akan melambatkan waktu untuk memberikan Anda waktu berpikir dan beraksi, setiap kali musuh tahu keberadaan Anda.
Kebebasan metode penyelesaian misi ini benar-benar akan menuntut Anda kreatif. Anda mulai harus memikirkan dan menimbang elemen apa saja yang bisa dimanipulasi untuk keuntungan misi Anda, jika Anda termasuk gamer yang menolak hadir dan menembak membabi buta ala game action pada umumnya. Contoh? Ketika misi meminta Anda untuk membawa tawanan pergi dari area yang ada, sementara prajurit lawan yang melakukan patroli begitu ramai. Anda bisa memutus jalur komunikasi dan listrik mereka untuk ekstra keamanan, sembari menginterogasi setiap prajurit yang berhasil Anda sandera untuk mendapatkan posisi pasti sang tawanan. ATAU Anda bisa meletakkan C4 di gardu listrik mereka sekedar untuk persiapan. Begitu Anda mendapatkan tawanan yang menjadi target misi Anda, Anda baru meledakkan C4 tersebut, tidak hanya untuk mematikan listrik, tapi juga menarik perhatian sebagian besar para penjaga yang akan langsung memeriksanya. Hasilnya? Jalan keluar Anda ke helikopter penjemput akan luang seketika.
Atau contoh lain, apa yang bisa Anda lakukan jika misi Anda adalah menghentikan dan membersihkan satu kendaraan berat dan dua buah tank yang tengah bergerak, ketika Anda hanya boleh menggunakan Bionic Arm Anda di misi tersebut? Di outpost dengan lebih dari belasan penjaga tersebut, hanya terlihat dua orang penjaga saja yang membawa Rocket Launcher, yang bahkan tidak cukup kuat untuk menghancurkan sebuah tank, dan mustahil untuk digunakan di tiga buah kendaraan berat yang bergerak cepat. Menggunakan mortar? Tinggal tunggu waktu hingga meriam tank menghancurkan tubuh Anda berkeping-keping dengan akurasi tinggi ketika mereka menemukan posisi Anda. Menggunakan machine gun? Bahkan jauh lebih tidak berguna. Maka otak Anda pun akan berpikir keras mencari cara solusi seperti apa yang bisa ditempuh di kondisi seperti ini. Tahu apa yang kami lakukan hingga misi ini berhasil? Membuat pingsan satu prajurit, mengangkat dan membawanya ke tengah jalan arah lalu tiga kendaraan berat ini, dan memaksa mereka berhenti untuk memeriksa. Dan ketika konvoi ini berhenti total? BAM! 2 buah C4 untuk masing-masing kendaraan, dan VOILA! Sedikit kerja keras otak berkontribusi pada misi yang satu ini.
Berbeda dengan seri-seri MGS sebelumnya juga, Snake kini hanya bisa membawa senjata dan equipment yang sangat terbatas. Tidak ada lagi hak istimewa untuk langsung mencari equipment yang dibutuhkan dari lusinan yang Anda bawa sekaligus untuk beradaptasi dengan serangkaian situasi yang muncul. Snake hanya bisa membawa 2 senjata Primary Weapons (senjata berat) dan 2 senjata Secondary Weapons (pistol dan Bionic Arms), dan sekitar 8 jenis item dan equipment untuk membantu misi Anda. Lantas, bagaimana jika Anda tiba-tiba sadar bahwa senjata Anda tidak akan cocok untuk menyelesaikan tantangan level yang tengah Anda hadapi? Maka Anda selalu bisa meminta Mother Base untuk mengirimkan ekstra senjata yang berbeda atau sekedar tambahan ammo ke dalam level yang tengah Anda jalani. Namun perlu diingat, setiap kali Anda memanggil lebih banyak supply atau senjata dan mempersiapkan begitu banyak item / equipment di dalam misi, Anda juga harus berkorban lebih banyak GMP – mata uang di dalam MGS V: The Phantom Pain ini.
Berita baiknya? Snake tidak sendiri ketika menjalankan misi-misi ini. MGS V: TPP memperkenalkan “Buddy System” dimana satu dari empat karakter yang bisa Anda rekrut atau Anda lewatkan (yang sudah pasti berakhir dengan penyesalan) bisa membantu Snake dalam setiap misi yang ada. Ada D-Horse, kuda pemberani untuk aktivitas lebih mobile dan kotoran “sakti” yang mampu membuat mobil tergelincir. Ada D-Dog, seekor serigala / anjing yang jika dibawa ke medan pertempuran, akan secara otomatis memberi tahu Anda soal posisi musuh, target misi, hingga resource yang bisa dikumpulkan. Ada D-Walker, sebuah robot humanoid yang bisa Anda kendali dengan tingkat kustomisasi senjata yang bisa disesuaikan dengan apa yang Anda butuhkan. Dan ada Quiet, sang Buddy yang tampaknya berhak untuk mendapatkan satu porsi pembahasan tersendiri di sesi review JagatPlay kali ini. Kerennya lagi? Semakin sering Anda menggunakan satu buddy tertentu, semakin tinggi nilai hubungan Anda, semakin banyak aksi juga yang bisa Anda minta mereka lakukan.
Maka game ini akan meminta Anda berangkat dari satu misi ke misi lainnya, menyelesaikannya, dan berhadapan dengan lebih banyak misi yang menunggu dan cerita yang akhirnya bisa bergerak sedikit lebih maju. Membosankan? Sebagai salah satu gamer yang cukup benci dengan gameplay yang repetitif, variasi yang ia tawarkan cukup kaya di awal-awal permainan dengan desain yang pantas untuk diacungi jempol. Bahkan untuk Anda yang merasa sensitif dengan rasa monoton yang mungkin timbul, keinginan Anda untuk mencapai hasil sempurna juga akan tidak akan membuat Anda berkeberatan untuk terus mengulang misi yang sama. Sementara dari tingkat kesulitan akan sangat relatif pada metode yang Anda pilih.
Mother Base – Meta Game yang Luar Biasa!
Jika semua aktivitas di misi utama dan sampingan Anda masih belum cukup untuk Anda, tenang saja, karena MGS V: The Phantom Pain kini memungkinkan Snake untuk membangun Mother Base kembali, yang tidak seperti di Peace Walker hanya berupa kata-kata dan data, ia menjadi sebuah tempat yang bisa Anda kunjungi dan bahkan menjadi setting untuk beragam cut-scene penting yang ada. Ia menjadi bagian yang esensial untuk cerita dan gameplay, sekaligus menjamin seberapa besar kesempatan Snake untuk bertahan dari setiap rintangan yang ada.Fungsi utama Mother Base yang berperan langsung pada gameplay adalah fakta bahwa ia merupakan sumber dari puluhan jenis senjata, armor, dan item yang bisa Anda bawa ke dalam pertempuran. Begitu R&D Platform sudah terbentuk sesuai dengan progress cerita, Anda mulai bisa melakukan ekstra penelian dan membuka lebih banyak varian equipment yang bisa Anda bawa ke dalam pertempuran. Anda butuh baju yang lebih cocok untuk melakukan proses infiltrasi? Atau senjata tidur yang lebih bisa diandalkan ketika jarak jauh? Atau Quiet butuh sniper yang mampu menghasilkan damage katastropik dengan lebih cepat? Semuanya dilakukan via Mother Base. Mother Base juga bisa dimaksimalkan untuk mengirimkan senjata, supply ammo, kendaraan, hingga pergantian buddy di dalam misi, jika Anda butuhkan. Semuanya dilakukan via menu di dalam iDroid yang dibawa Big Boss.
Tentu saja, Anda selalu punya kesempatan untuk memperbesar Mother Base. Setiap platform yang Anda bangun: Command, R&D, Base Development, Support, Intel, Medical, Animal Conservation, dan Quarantine Zone punya fungsi masing-masing. Support, misalnya, menjamin bahwa barang yang ingin Anda kirim dan terima dari misi berakhir utuh, bahkan ketika cuaca tengah buruk sekalipun. Sementara Base Development, menjamin siklus resource yang lebih konsisten. Untuk membangun setiap platform, Anda butuh mengeluarkan sejumlah GMP dan memiliki resource memadai seperti yang diminta di dalam syarat. Masing-masing platform juga bisa mengalami kenaikan level, yang jika semakin tinggi, akan memperbesar kesempatan Anda untuk menciptakan senjata, equipment, atau item yang lebih kuat dan luar biasa.
Kehadiran Mother Base sendiri mengubah cara MGS V: The Phantom Pain bekerja, terutama jika dibandingkan dengan Ground Zeroes. Dengan platform yang semakin bertambah, Anda juga harus memastikan bahwa Diamond Dogs – pasukan yang Anda pimpin memang memiliki resource otak yang cukup untuk memastikan Mother Base berjalan secara optimal. Anda didorong untuk merekrut lebih banyak orang, mencari talenta-talenta khusus yang mampu menawarkan sesuatu yang baru, dan tentu saja – membuat Mother Base semakin besar, kuat, dan ramai. Solusinya? Satu kata yang absurd namun efektif – Fulton!
Ada sebuah motivasi ekstra untuk melumpukan para musuh yang Anda temui secara non-lethal, yakni kesempatan untuk merekrut mereka menjadi bagian dari pasukan Diamond Dogs Anda. Yang Anda perlukan hanya memasang Fulton secara instan – sebuah balon udara yang berfungsi sebagai penanda target jemputan untuk pesawat seperti yang sempat diperlihatkan di The Dark Knight – untuk membawa para pasukan ini “pulang”.
Dengan menggunakan INT Scope, Anda bisa menganalisa kekuatan dan kelemahan setiap pasukan musuh ini. Maka Anda akan menemukan kualitas di bidang tertentu yang dipresentasikan dengan huruf “S+ – E”, dimana “S+” masuk dalam kategori prajurit terbaik sementara “E” adalah prajurit dengan skill di bawah standar. Setiap pasukan yang Anda rekrut bisa ditugaskan untuk masuk ke dalam platform tertentu dalam Mother Base, menaikkan level mereka yang berujung pada tersedianya dan lebih maksimalnya layanan setiap divisi. Berita baiknya? Ketika Fulton Anda berada di level lebih tinggi, Anda juga bisa memasang Fulton ini untuk menangkap kendaraan berat seperti Tank dan kontainer berisi resources. Atau Anda lebih tertarik untuk memastikan kebun binatang pribadi Anda ramai? Jangan lupa gunakan Fulton untuk setiap binatang eksotis yang Anda temukan!
Menariknya lagi, jika Anda memiliki koneksi internet dan terhubung secara online, Anda bisa melakukan invasi ke Mother Base milik player lain. Anda bisa “mengunjungi” markas mereka dan membuat sedikit kekacauan. Setiap infiltrasi terhadap FOB user lain ini punya satu misi yang sama, mencapai puncak tower tertinggi dan masuk ke dalam salah satu area dengan kondisi pasukan target infiltrasi tidak sedang berada dalam “Alert” atau bahkan menyerang Anda. Selama proses tersebut, Anda bisa “menculik” pasukan dan resource yang Anda temui untuk dibawa pulang ke Mother Base Anda. Terdengar sederhana? Tunggu dulu, ini adalah perang terbuka yang juga harus disikapi dengan otak yang berjalan.
Setiap kali Anda ketahuan, terlepas dari berhasilnya misi infiltrasi atau tidak, usernama Anda akan langsung ketahuan oleh korban pemilik Mother Base yang Anda invasi! Hasilnya? Mereka bisa langsung melakukan balas dendam dan melakukan infiltrasi dengan damage yang bahkan lebih besar. Namun bukan berarti masing-masing pihak tidak bisa “membela diri”. Anda bisa melakukan research lebih dalam untuk memperkuat pasukan di dalam Mother Base Anda dengan senjata dan armor yang lebih kuat, sekaligus memasang beragam perangkap dan sistem pertahanan yang lebih solid untuk mencegah user lain berhasil. Anda bisa memasang drone keamanan dengan kamera, atau ranjau, atau bahkan mencegah proses pencurian ini sendiri jika kebetulan Anda sedang online. Anda bisa langsung bertemu dan berperang dengan siapapun yang “iseng” mengotak-ngatik Mother Base Anda.
Setiap kemenangan akan menghadiahi Anda dengan segudang resource yang harus diakui, tak mudah dikumpulkan jika hanya memainkan game ini di dalam mode single player saja. Sementara setiap kekalahan dan kegagalan juga harus dibayar dengan segudang resource dan GMP yang mau tidak mau, harus rela berpindah ke tangan untuk para pemilik Mother Base yang berhasil mempertahankan asetnya. Meta game Mother Base dan infiltrasi online FOB ini memberikan MGS V: TPP nilai jual yang semakin kuat.
Quiet – Tak Sekedar Sensual
Absurd, mustahil, eksploitasi seksual berlebih, inilah tiga buah jenis komentar yang terus mengitari sosok Quiet – ketika sniper dengan pakaian super minim tersebut diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Hideo Kojima. Kojima di kala itu berusaha mati-matian membela pilihan desainnya ini. Terlepas dari keinginannya untuk memastikan lebih banyak wanita untuk melakukan Cosplay Quiet yang sudah pasti akan membantu mempopulerkan produknya, ia juga menegaskan bahwa pilihan pakaian minim tersebut juga datang dengan alasan kuat yang didasarkan pada cerita yang ada. Lantas, apa yang kami rasakan ketika melihat, bertemu, dan beraksi dengan Quiet secara langsung ketika game ini dirilis? Satu yang pasti, ia akan membuat banyak suara kritikan tanpa dasar di masa lalu bungkam. Quiet adalah salah satu kunci pengalaman MGS V: The Phantom Pain yang utama. Tanpanya, game ini akan terasa super hambar.Kita tentu saja tidak hanya berfokus pada visual sensual nan memanjakan mata yang ia “hidangkan” di MGS V: The Phantom Pain yang memang tak punya karakter wanita lain untuk mendukung hal tersebut. Posisi Quiet di seri terbaru ini bisa disejajarkan dengan fungsi Paz di Peace Walker, Meryl di Metal Gear Solid pertama, EVA di Snake Eater dan tentu saja – para Beauty and the Beast Unit di Metal Gear Solid 4, menghadirkan faktor lain yang bisa menjadi pengalih perhatian sementara untuk para penikmat franchise ini. Dengan semua hal yang dilakukan Kojima dengan karakter-karakter wanita yang ia usung selama ini, tidak ada yang berlebihan dengan Quiet, dari karakter hingga desain pakaiannya sendiri yang memang lebih terbuka dibandingkan karakter-karakter wanita MGS V yang lain. Menariknya lagi? Ia bukan sekedar representasi dari otak kotor Kojima yang hadir tanpa alasan.
Dari sisi gameplay, Quiet adalah salah buddy yang paling bisa diandalkan. Berbeda dengan D-Horse atau D-Dog yang lebih banyak mengandalkan perintah Anda untuk beraksi, Anda bisa menggunakan Quiet untuk fungsi Recon dan Attack yang lebih menyeramkan. Kemampuan Recon-nya mungkin tidak sebaik D-Dog, namun Quiet akan menawarkan fungsi yang sama minus scouting resources. Sebagai gantinya, ia terkadang akan melemparkan supply secara random di tempat tertentu jika ia menemukannya. Kerennya lagi? Anda bisa memerintahkan Quiet ke mode Attack – dimana ia bisa melindungi Snake setiap kali Reflex Mode terpicu, atau bahkan sendirian “membersihkan” markas dengan senapan jitunya, sementara Anda tengah sibuk menempuh misi yang lain. Ia mematikan, berfungsi sebagai scout ataupun decoy, dan bisa diandalkan untuk beragam fungsi, dari infiltrasi hingga serangan terbuka.
Seperti yang dijanjikan oleh Hideo Kojima di awal, pakaian yang dipilih oleh Quiet memang mendasarkan diri pada latar belakang yang kuat. Untuk mencegah spoiler lebih jauh, kami hanya bisa berbicara dua hal: Pertama, Quiet bukanlah sosok seperti dimana ia terlihat secara fisik. Kedua? Ia berbagi kekuatan dan fungsi tubuh yang hampir sama dengan The End – salah satu boss sniper yang juga muncul di MGS 3: Snake Eater. Kedua premis yang akhirnya mendorong Quiet mengusung pakaian yang selama ini kita kenal. Menariknya lagi? Dari semua buddy yang bisa Anda gunakan, ia menjadi satu-satunya yang terasa punya hubungan personal yang lebih dekat dengan Big Boss. Terlepas dari absennya kata-kata, Anda bisa melihat ketertarikan yang jelas dari sisi Quiet, apalagi jika hubungan Anda sudah maksimal. Di helikopter, Quiet akan mulai memperlihatkan aksi-aksi menggoda dengan tatapan mata yang seolah hendak berbicara dengan Big Boss, tanpa kata-kata.
Namun peran Quiet tidak berhenti di sana saja. Dari semua cerita yang ditawarkan oleh MGS V: The Phantom Pain, kisahnya yang paling akan membuat Anda terenyuh. Tidak malu, kami harus mengakui, ia menjadi satu-satunya alasan kami menitikkan air mata, sesuatu yang tidak pernah bisa kami prediksi akan meluncur dari game action dengan atmosfer science-fiction yang kental ini. Perlahan namun pasti, Anda akan mulai mengerti apa yang sudah ia korbankan dan terus ia korbankan, hanya untuk semata-mata, membuat perasaannya sampai di orang yang ia cintai. Quiet akan menonjok hati dan perasaan Anda begitu keras, cukup untuk membuat Anda menarik napas panjang dan terdiam untuk waktu yang lama.
Tapi Sayangnya….
Secara garis besar pengalaman yang ada, apalagi setelah preview kami yang bombastis, MGS V: The Phantom Pain terdengar seperti sebuah game yang sempurna. Bahwa fakta besar kemungkinan ia menjadi seri terakhir yang diracik oleh Hideo Kojima memang berujung pada kualitas game yang tidak terbantahkan. Bahwa dengan review luar yang begitu positif, ia berhak menjadi salah satu pesaing Game of the Year yang mumpuni, terlepas dari eksistensi The Witcher 3: Wild Hunt yang memesona dan Fallout 4 yang punya chance besar untuk menarik hati yang sama. Namun sayangnya, semakin jauh permainan berjalan – dimana kami menghabiskan 100 jam untuk menyelesaikan setiap misi yang ada – masalah terkait game ini perlahan namun pasti, muncul ke permukaan, satu demi satu. Kojima terasa seperti kurang waktu untuk menyelesaikan game ini. Apa saja? Kami akan berusaha menjabarkannya lewat sesi terpisah ini.Pertama, soal cerita. Ketika Anda membayar mahal untuk sebuah game, apalagi yang disebut-sebut akan menjadi jembatan cerita untuk sebuah franchise yang masif, Anda berhadap akan mendapatkan konklusi cerita yang memuaskan. Beberapa game gagal melakukan hal tersebut, seperti Batman: Arkham Knight, misalnya. Sayangnya, MGS V: The Phantom Pain juga demikian. Konklusi cerita yang ia tawarkan ternyata masih menyisakan lebih banyak pertanyaan yang belum terjawab, terutama soal eksistensi Eli, “senjata curiannya”, dan pasukan anak-anak yang ia bawa. Secara mengejutkan, MGS V: The Phantom Pain memutuskan untuk tidak membahas arc cerita yang menggantung tersebut. Berita yang lebih buruknya lagi? Ketika Anda menemukan bahwa seharusnya ada “Episode 51” yang tidak pernah rampung dan hanya dirilis sebagai konten ekstra eksklusif untuk para pemilik Collector’s Edition Playstation 4. Anda terus bertanya-tanya, mengapa cerita fantastis ini justru tidak menjadi fokus dan Anda justru harus berhadapan dengan konten yang lebih banyak menyisakan tanda tanya. Fakta bahwa mereka “menjual” cerita lewat kombinasi audio di cassette dan bukan lagi cut-scene seperti seri-seri Metal Gear sebelumnya juga sangat disayangkan.
Kedua, berbicara soal Chapter. Ketika kami bertemu dengan ending dan menyadari bahwa credits yang berjalan tersebut hanyalah berfungsi sebagai akhir untuk “Chapter 1” setelah 70 jam permainan, kami gembira dan menggila di saat yang sama. Mengapa? Karena semua cerita fantastis dengan begitu banyak karakter keren yang Anda temukan selama kurun waktu lama tersebut HANYALAH Chapter 1 saja. Lalu Anda bertemu dengan fakta bahwa cerita soal perjalanan Big Boss ini belum lah selesai. Masih ada konflik yang belum selesai, masih ada tanda tanya yang harus dijawab. Apa yang Anda lakukan ketika menemukan setelah Chapter 1 sebegitu fantastisnya? Anda tentu mengantisipasi bahwa Chapter berikutnya akan jauh lebih keren dan gila, penuh pertempuran yang lebih epik. Berita buruk, Anda tidak akan menemukan hal tersebut. Selain beberapa momen emosional yang cukup menyentuh hati, Chapter 2 hadir dengan desain Main Mission yang begitu buruk dan menyimpang dari daya tarik Chapter 1. Bayangkan saja, alih-alih membawa Anda ke misi-misi dan jalinan cerita baru, beberapa misi yang ia tawarkan di sesi ternyata menuntut Anda untuk mengulang misi yang sudah Anda jalani di Chapter 1, namun hanya dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Keputusan yang sangat aneh.
Ketiga, Boss Fight. Cerita dan Boss Fight adalah nilai jual Metal Gear Solid sebagai franchise. Mengapa? Karena otak gila Hideo Kojima seringkali berakhir dengan konsep Boss yang super keren dan terkadang butuh solusi di luar nalar untuk diselesaikan. Anda masih ingat dengan pertempuran Psycho Mantis di MGS satu? Atau The End di MGS 3? Atau bahkan – lusinan Metal Gear Ray di MGS 2? Kita berharap bahwa level kualitas pertempuran Boss di MGS V akan melewati semua kualitas tersebut. Namun apa yang kita dapatkan? Pertarungan tidak epik yang terasa sangat mainstream layaknya game-game action pada umumnya. Selain pertempuran area terbuka melawan Sahelanthropus dan pertarungan melawan Quiet, hampir tidak ada pertarungan yang cukup untuk membuat Anda terpukau dan cukup untuk membuat otak Anda tidak mudah melupakannya begitu saja. Pertarungan tangan kosong melawan Eli? Meh. Pertarungan melawan Man on Fire? Lebih Meh. Pertarungan melawan para Skulls yang hanya datang, menunjukkan sedikit kekuatan, tanpa personality? Super Meh. Pertarungan melawan Skull Face yang seharusnya menjadi otak di balik semua konflik yang ada dengan rencana yang mampu mengancam stabilitas internasional? Lelucon. Anda akan garuk-garuk kepala karenanya.
Keempat, soal microtransactions, tentu saja. Keputusan untuk menyuntikkan sistem seperti ini di dalam MGS V: TPP tampaknya menjadi tanggung jawab Konami, yang sejak awal kontroversinya dengan Kojima, memang semakin memperlihatkan sifat beringasnya yang haus akan uang. Beberapa berita sempat muncul dan membahas hal ini, yang kemudian dibantah Konami dengan alasan klasik – bahwa Anda tidak pernah punya keharusan untuk membeli sesuatu di game ini dan segala sesuatunya bisa dicapai tanpa perlu mengeluarkan sepeserpun uang. Secara konsep, Konami tidak berbohong. Tapi dari sisi aplikasi? Anda memang tidak bisa lepas dari jeratan setannya.
Microtransactions untungnya, tidak muncul untuk mempercepat progress R&D Mother Base Anda atau memungkinkan Anda untuk membeli item langsung secara permanen, yang tentu saja – terasa lebih curang. Namun ia menjadi benteng tak tertundukkan ketika Anda berusaha membeli area baru untuk FOB dan melakukan ekspansi Mother Base Anda. Region kedua untuk Mother Base Anda memang gratis, namun region selanjutnya, dengan resource lebih kaya yang bisa ditambang, ternyata hanya bisa dibeli dengan menggunakan koin khusus “MB” yang hanya tersedia via microtransactions. Apakah koin ini bisa didapatkan dengan cara lain? Satu-satunya cara lain untuk mendapatkan MB Coins hanyalah dengan mendapatkan Reward dari Daily Login mode online MGS V: TPP dan tidak ada cara lain. Anda hanya bisa mendapatkan maksimal 50 koin MB dengan skedul pemberian bonus yang sangat bergantung pada kemurahan hati Konami sendiri. Sementara di sisi lain, Anda tahu berapa banyak koin yang harus dihabiskan untuk membeli satu region baru Mother Base? 1.200 koin MB! Selamat mengumpulkan 50 koin entah sampai kapan tanpa microtransactions jika Anda tertarik melakukan ekspansi Mother Base.
Kelima dan yang paling aneh? MGS V: The Phantom Pain tidak terasa seperti game Metal Gear Solid, terlepas dari fakta bahwa elemen stealth masih memainkan peran penting di dalamnya. Perlu diingat, bahwa semua teknologi ini terjadi di era tahun 1980-an atau sebelum era Metal Gear Solid pertama. Mengapa Sahelanthropus terlihat lebih maju secara teknologi dibandingkan Metal Gear Rex di MGS pertama? Tenang, kita tidak akan membicarakan hal tersebut karena ada penjelasan masuk akal di sana, termasuk limitasi informasi dan teknologi yang mulai terjadi ketika The Patriots aka La-Li-Lu-Le-Lo aktif di bawah tangan Cipher. Kita membicarakan teknologi lain yang membuat game ini terasa menyimpang dari akarnya. Di sebuah era dengan teknologi terbatas, Anda bisa mengenakan pakaian bernama Parasite Suit untuk Snake yang tampilannya tidak hanya mirip Crysis, tetapi juga menyediakan kemampuan untuk menghilang secara permanen, melapisi diri dengan armor khusus, hingga menciptakan kabut. Namun yang paling menyimpang dari kesemuanya? Tidak lain dan tidak bukan – adalah teknologi Wormhole. Benar sekali, dengan R&D level tinggi, Anda bisa menggantikan sistem Fulton klasik Anda dengan Wormhole, yang memungkinkan Anda untuk mengangkut benda apapun, seberat apapun, dimanapun dengan menggunakan lubang hitam ini secara langsung ke Mother Base. Teknologi yang bahkan tidak bisa diimplementasikan di MGS IV: Guns of the Patriots. What the..
Keenam, sekaligus omelan kami yang terakhir? Dunia yang ditawarkan oleh Hideo Kojima itu sendiri. Anda akan berganti-ganti lokasi dari Afghanistan dan Afrika bergantung pada misi yang Anda pilih. Dengan ruang area misi utama yang terbatas, kedua lokasi ini terasa padat dengan musuh yang senantiasa siap untuk mencegah Anda mampu menyelesaikan misi yang ada dengan mudah. Wilayah-wilayah yang ditawarkan Kojima terasa begitu fantastis dan indah. Namun begitu Anda mengeksplorasinya secara bebas? Semua hal magis tersebut seolah lenyap begitu saja. Selain post-post yang Anda temui di dalamnya, dunia MGS V: TPP benar-benar kosong. Yang Anda temukan hanyalah pemandangan, pohon, dan tanah kosong dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan jalan kosong yang juga minim aktivitas. Tidak ada rahasia yang bisa Anda cari atau temukan. Semua tanah lapang tersebut hanya berfungsi sekedar sebagai media Anda bergerak dan tidak lebih. Tidak ada civilian, tidak ada aktivitas hidup, tidak ada misi sampingan lain yang bisa dilakukan atau rahasia tersembunyi yang bisa Anda temukan. Sesuatu yang tentu saja, sangat disayangkan.
Tetap dengan Kejutan Khas Kojima
Untungnya, Kojima tidak gagal untuk menawarkan kejutan-kejutan keren yang bisa berfungsi sebagai easter egg di MGS V: The Phantom Pain ini. Ada begitu banyak scene dan kejutan yang bisa Anda temukan, jika Anda cukup beruntung untuk masuk ke dalam requirements yang seringkali tidak jelas dan tidak pernah dideskripsikan secara terbuka. Ada beberapa hal yang klasik, seperti salah satu misi sampingan yang memungkinkan Anda untuk bertemu kembali dengan Kojima sebagai salah satu NPC yang ditawan, dan merekrutnya sebagai bagian dari Intel Team dengan rating performa yang luar biasa. Namun ada banyak kejutan lainnya yang berfungsi sebagai humor ringan pula.Salah satu yang sempat menjadi pembahasan ramai di dunia maya beberapa waktu lalu adalah hari raya ulang tahun Big Boss yang sempat Anda masukkan di awal permainan yang akan dirayakan di Mother Base jika Anda menyalakannya di hari yang sama. Ada dua versi yang muncul dari perayaan ini. Versi pertama memperlihatkan aksi Ocelot dan Miller yang mempersiapkan kembang api dan kue penuh lilin untuk Anda tiup. Versi kedua memperlihatkan aksi yang lebih personal dengan Quiet, yang lewat akurasi tembakannya menuliskan “HBD” di kotak terdekat. Bukan itu saja? Jika Anda memutuskan untuk berjalan-jalan di Mother Base, setiap pasukan yang Anda temukan juga akan langsung memberi hormat dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Anda.
Kejutan lain muncul dari sistem bau tubuh dan darah. Anda bisa melihat bahwa untuk setiap misi yang ia selesaikan, pakaian Snake tidak pernah bisa bersih secara tiba-tiba. Semua darah yang muncul dari pertempuran yang ia lewati, baik dari musuh ataupun tubuhnya sendiri akan terus terakumulasi. Perlahan namun pasti, bau tubuh Snake sudah tidak terbayangkan, apalagi dengan semua keringat, air kotor, dan tanah becek yang ia lalui. Membiarkan kondisi Snake seperti ini akan membuat kondisi mental dan beberapa status jatuh, bahkan cukup untuk membuat lalat terus berkerubung di sekitar kepala Snake – yang tentu saja, juga akan membuat Anda sulit untuk mengendap-ngendap di belakang musuh ketika di dibutuhkan karena suara dan bau yang dihasilkan. Ketika Anda kembali di Mother Base, semua prajurit akan menjauhi Anda dan Ocelot secara terbuka akan menyuruh Anda mandi di tempat mandi terdekat di dalam platform utama. Versi lain? Coba lakukan hal ini setelah Quiet bergabung, dan Anda akan dihadapkan dengan scene yang lebih menggoda.
Beberapa informasi dunia maya juga sempat membicarakan soal hadirnya beberapa easter egg terkait P.T., namun sayangnya, kami sendiri masih belum bertemu dengan konten tersebut secara langsung.
Kesimpulan
Lantas apa yang bisa disimpulkan dari Metal Gear Solid V: The Phantom Pain? Bahwa ia tetap pantas dinobatkan sebagai salah satu game stealth terbaik yang pernah ada di industri game. Keberanian Kojima untuk mengubah cita rasa permainan secara drastis dari seri-seri sebelumnya terbayar manis, apalagi mengingat fakta bahwa Anda punya kebebasan hampir mutlak untuk mencari strategi Anda sendiri ketika menyelesaikan setiap misi yang ada. Meta game – Mother Base yang akan senantiasa membuat Anda sibuk, Quiet yang secara kepribadian dan desain visual menarik, dan desain misi yang adiktif akan memastikan Anda menghabiskan waktu ratusan jam dengan game yang satu ini. Apalagi, Anda juga bisa ditemani dengan begitu banyak musik klasik lewat kaset-kaset yang tersebar, termasuk beberapa track original untuk seri ini yang fantastis.Walaupun demikian, MGS V: TPP bukanlah sebuah seri yang sempurna. Kojima terasa seperti belum mengeluarkan potensi game ini secara maksimal, apalagi melihat apa yang sebenarnya bisa ia capai lagi jika ia punya waktu lebih banyak. Selain beberapa keluhan kami di atas, ada dua catatan ekstra lain yang pantas diperhatikan. Pertama, adalah animasi gerak menyebalkan yang membuat Snake terkadang tidak bisa memanjat batu kecil sekalipun yang terasa sangat licin. Sangat menyebalkan ketika Anda berlari kencang hendak mencapai tempat lebih tinggi, namun harus terhenti dan jatuh kembali hanya karena menemukan satu buah batu kecil, yang entah karena alasan apa, tidak bisa dilalui dan dipanjat Snake begitu saja. Catatan ekstra kedua? Untuk menyebut game ini sebagai “jembatan cerita yang selama ini hilang”, Phantom Pain gagal melaksanakan tugas tersebut. Mengapa? Karena pertanyaan besar yang mengitari benak sebagian penggemar franchise ini, terutama alasan mengapa Big Boss menjadi “penjahat” di franchise ini masih belum terjawab total.
Terlepas dari semua itu, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain adalah sebuah produk final yang menawan. Ia mungkin memuat beberapa kekurangan yang fatal, namun tidak lantas membuatnya jatuh ke level sebuah game action standar. MGS V: TPP tetaplah sebuah proyek game stealth open world yang fantastis, luar biasa, dan sangat pantas untuk dimiliki dan dijajal – terlepas dari apakah Anda termasuk pengikut seri Metal Gear Solid sebelumnya ataupun tidak. Kojima sekali lagi membuktikan bahwa tangan magisnya memang tidak akan pernah bisa tergantikan di industri game.
Kelebihan
- Kualitas Visual
- Desain misi dan cerita Chapter 1 yang Luar Biasa
- Quiet
- Musik yang ditawarkan
- Mother-Base
- Kebebasan menentukan solusi untuk setiap tantangan yang ada
- Humor yang masih terjaga
- Momen-momen emosional
Kekurangan
- Microtransactions
- Batu kecil licin yang tidak bisa dipanjat
- Desain misi di Chapter 2 yang meh
- Teknologi yang juga dipertanyakan
- Boss Fight yang terlalu biasa
- Konklusi cerita yang tidak terasa seperti “jembatan” yang kita harapkan
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah frustrasi, mudah merasa bosan dengan konten misi yang repetitif
0 comments